Senin, 13 Januari 2014

PEMERIKSAAN FISIK PADA HATI DAN LIMPA



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
            Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit (Wikipedia. 2010).
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Untuk bisa melakukan pemeriksaan fisik yang tepat dan akurat maka diperlukan suatu pengetahuan tentang bagaimana anatomi dan fisiologi fisik. Dengan demikian nantinya bisa ditentukan apakah pemeriksaan fisik yang dilakukan itu memberikan hasil yang normal ataukah abnormal.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik.
Dari berbagai bagian pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan kepada pasien, makalah ini memfokuskan untuk membahas bagaimana pemeriksaan fisik khususnya pada hati dan limpa. Makalah ini membahas tentang bagaimana anatomi dan fisiologi tubuh khususnya pada hati dan limpa, kemudian pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan pada hati dan limpa, serta abnormalitas yang mungkin ditemukan dalam hati dan limpa.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada pemeriksaan hati dan limpa ini adalah sebagai berikut:
1.             Apakah organ hati dan limpa itu ?
2.             Bagaimana anatomi dan fisiologi hati dan limpa ?
3.             Bagaimana cara melakukan pemeriksaan pada hati dan limpa ?
4.             Apa saja yang akan dilihat, didapat, atau didengar pada inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi ?
I.3 TUJUAN
          Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
I.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pemeriksaan pada hati dan limpa.
I.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui manfaat dari pemeriksaan pada hati dan limpa.
I.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.             Bagi penulis
Dapat lebih mengetahui pemeriksaan pada hati dan limpa sehingga dapat menjadi bekal untuk penulis dalam melakukan pemeriksaannya.
2.             Bagi masyarakat
Dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien, keluarga, masyarakat sehingga lebih mengenal dan mengetahui tentang pemeriksaan pada hati dan limpa.
3.             Bagi institusi
Dapat memberikan infomasi obyektif mengenai pemeriksaan pada hati dan limpa kepada rekan mahasiswa  khususnya DIII Fisioterapi.











BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Hati
II.1.1 Anatomi dan Fisiologi Hati
Anatomi
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadratus.
Untuk mengetahui perbedaan bentuk hati normal dan tidak normal dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Anatomi Hati                                        Gambar 2.2 Hati Normal

Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu :
1.      Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral.
2.       Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.

Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan ke peredaran darah tubuh.

Fisiologi Hati
Fungsi utama hati yaitu :
a.       Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepada kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.
b.      Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya : pestisida DDT).
c.       Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat.
d.      Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang sudah tua atau rusak.
e.       Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorbsi lemak
II.1.2 Pemeriksaan pada hati
A.           Inspeksi
  1. Pemeriksaan hati dimulai dari sisi kanan pasien. Pasien berbaring terlentang. Perhatikan bentuk perut Normal : simetris
Abnormal :
·         Membesar dan melebar à ascites
·         Membesar dan tegang à berisi udara ( ilius )
·         Membesar dan tegang daerah suprapubik à retensi urine
·         Membesar asimetris à tumor, pembesaran organ dalam perut
2.      Perhatikan umbilicus, adanya tanda radang dan hernia atau tidak.
3.      Dan lihatlah kulit pasien untuk tanda-tanda penyakit hati, seperti :
1)        Palmar eritema
Kemerahan pada telapak tangan, terutama pada pangkal ibu jari dan jari kelingking disebut eritema palmaris. Hal ini sering dikaitkan dengan gagal hati kronis, dan karenanya juga disebut telapak hati. Meskipun bukan merupakan tanda khas.
2)        Xanthomatosis

 
       Hal ini ditandai dengan akumulasi lipid berbentuk kecil, berwarna kuning, benjolan datar yang disebut xanthomas, di bawah kulit. Benjolan tersebut diamati terutama pada jari-jari, siku, lutut dan sendi lainnya, serta pada tangan dan kaki. Hal ini dapat terjadi dalam kasus metabolisme lipid yang berubah karena kerusakan hati.
3)        Caput medusa
       Portal hipertensi menyebabkan pelebaran pembuluh darah paraumbilikalis yang hadir di dekat pusar. Akibatnya, pembuluh darah, yang dinyatakan nyaris tak terlihat melalui permukaan kulit, menjadi sangat menonjol dan terlihat membesar dan membengkak. Mereka muncul seperti struktur tubular biru memancar dari pusar, dalam pola yang menyerupai ular Medusa. Oleh karena itu namanya caput medusa (kepala Medusa).
4)        Spider Nevi
Spider angioma, pembuluh darah laba-laba atau spider nevus ditandai dengan pelebaran pembuluh darah dekat permukaan kulit. Tampaknya seperti lesi dengan titik merah pusat, dan memancar ekstensi merah yang menyerupai jaring laba-laba. Hal ini sering diamati pada leher, wajah, lengan dan bagian atas badan. Kehadiran lebih dari lima spider nevi dianggap menjadi tanda gagal hati.
5)        Ascites


Hal ini mengacu pada penumpukan cairan dalam rongga peritoneal, dan merupakan hasil dari tekanan darah rendah albumin dan meningkat pada pembuluh darah dari hati (hipertensi portal). Tahap awal penumpukan cairan mungkin asimtomatik, tetapi sebagai akumulasi bertambah satu mungkin mengalami kembung dan sakit perut. Penumpukan yang berlebihan menyebabkan distensi perut dan sesak napas.
B.            PALPASI
1)   Posisi pasien tidur terlentang.
2)   Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
3)   Pemeriksa meletakkan tangan kiri dibawah torak/ dada kanan posterior pasien pada iga kesebelas dan keduabelas dan kemudian ditekanan kearah atas.
4)   Telapak tangan kanan diletakkan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke atas / superior pasien dan diekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis klavikular di bawah batas bawah hati.
5)   Kemudian ditekan dengan lembut ke dalam dan ke atas.
6)   Pemeriksa meminta pasien untuk menarik napas. Hati akan bergerak ke bawah karena gerakan ke bawah diafragma dan mencoba meraba tepi hati saat abdomen mengempis untuk merasakan tekstur hati, yaitu lembut / perusahaan / keras / nodular.
Yang dihasilkan dari pemeriksaan palpasi yaitu:
  • Rasa sakit –> nyeri tekan karena peregangan organ-organ, peregangan peritonium, dan tumor.
  • Defans muskuler.
 Normal : tidak teraba / teraba kenyal, ujung tajam.
Abnormal :
·         Teraba nyata ( membesar ), lunak dan ujung tumpul à hepatomegali
·         Teraba nyata ( membesar ), keras tidak merata, ujung ireguler à  hepatoma
C.           PERKUSI
Hati apabila dilakukan perkusi akan menimbulkan suara yang pekak. Hal ini dikarenakan karena konsitensi hepar yg keras.
Untuk batas kanan hati, Perkusi dilakukan pada linea midclavicula dextra. Untuk batas atas kanan atas hati dilakukan perkusi dari ½ os. Clavicula ke caudal sehingga akan memunculkan suara sonor (pada paru) hingga didapatkan suara pekak (oleh hepar).
Sedangkan batas bawah hati, perkusi dilakukan pada SIAS ke cranial sehingga akan didapatkan suara timpani (pada abdomen) hingga di dapatkan suara pekak (oleh hepar). Lalu kita ukur, ukuran dari hati pasien dari batas kanan atas hati sampai batas kanan bawah hepar tadi. Normalnya liver span (jarak redup oleh karena adanya hati) berkisar 6-12 cm. Dapat dikatakan terjadi hepatomegali (perbesaran hepar) bila batas atas didapatkan naik 1 ICS (pada ICS V) dan batas bawah turun >2cm di bawah arcus costae atau jarak redup >12cm.
Sedangkan untuk batas kiri hati dilakukan pada linea midsternalis. Untuk batas kiri atas hati bisa ditarik garis langsung dari batas kanan atas hati tadi ke medial. Untuk batas kiri bawah hati, dapat dilakukan perkusi dari umbilicus ke cranial, akan didapatkan suara timpani pada abdomen dan pekak oleh karena adanya hati. Batas normal liver span pada lobus kiri hepar yaitu sekitar 4-8cm. Dapat dikatakan terjadi hepatomegali bila didapatkan batas kiri bawah hepar >2cm dibawah processus xiphoideus atau liver span >8cm.
D.           AUSKULTASI
Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan hati, seperti inspeksi, palpasi perkusi selanjutnya adalah auskultasi. Mendengarkan jika adanya bruit hati atau vena berdengung.
·         Abdominal Venous Hum
Abdomen dengan hati-hati diperiksa untuk kehadiran vena superfisial melebar atau caput medusa (varises memancar dari umbilikus). Jika ada, ini ringan teraba untuk kehadiran sensasi. Jika sensasi hadir, hum vena hadir. Hum ini dapat didengarkan dengan menggunakan tekanan ringan dengan bel atau diafragma stetoskop. Jika terdeteksi, hum dapat dilenyapkan dengan meningkatkan tekanan stetoskop atau dengan menekan vena dengan tangan bebas. Dengung vena perut, seperti dengung vena leher rahim, adalah menderu terus menerus, yang dapat diterjemahkan ke perut atau dapat menyebar ke dada.

Yang sangat penting bahwa untuk mendengarkan dengung vena perut tidak harus bingung dengan suara pernapasan dan bising usus. Masalah suara pernapasan dapat diselesaikan dengan meminta pasien menahan nafas. Bising usus bisa sangat membingungkan, tetapi biasanya dapat dibedakan dengan dentingnya, berubah, dan kualitas berselang.

·         Hepatic Arterial Bruit
Perut diperiksa dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan ukuran hati, lokasi, dan konfigurasi. Hati kemudian auskultasi menggunakan tekanan cukup kuat dengan baik bel atau diafragma stetoskop. Sebuah bruit arteri mungkin terbatas sistol atau menjadi sistolik dengan ekstensi ke diastole atau kontinu. Ada banyak penyebab bruit arteri perut, dan sulit, jika bukan tidak mungkin, untuk memastikan bruit datang dari hati. Namun, jika hati besar dan stetoskop ditempatkan langsung di atasnya dan bruit tidak terdengar di lokasi yang jauh dari hati, kemungkinan sangat mendukung bruit yang berasal dari aliran darah arteri atau dalam hati.

·         Hepatic Friction Rub
Pasien diperiksa untuk ukuran, lokasi, dan konfigurasi hati. Tekanan ringan tangan saat memeriksa digunakan untuk merasakan sensasi atas hati yang berhubungan dengan pernapasan. Jika terasa, friction rub akan didengar, tapi rub lebih sering didengar dan tidak terasa. Sebuah friction rub hati terdengar dekat dengan telinga dan sangat mirip dengan suara yang dihasilkan oleh menggosok paksa jempol dan telunjuk bersama-sama dekat dengan telinga. Jika rub sedang diproduksi oleh gerakan hati, rub biasanya akan terbatas pada perut dan tidak akan menyebar ke dada. Demikian juga rub gesekan yang disebabkan oleh pergerakan pleura tidak akan terdengar di hati.

II.2 LIMPA/LIEN
II.2.1 Anatomi dan fisiologi limpa
Anatomi
Lien/ spleen/ limpa merupakan organ RES (Reticuloendothelial system) yg terletak di cavum abdomen pada regio hipokondrium/ hipokondriaka sinistra. Lien terletak sepanjang costa IX, X, dan XI sinistra dan ekstremitas inferiornya berjalan ke depan sampai sejauh linea aksillaris media. Lien juga merupakan organ intra peritoneal. 

Morfologi Lien
Lien memiliki 2 facies, facies diaphragmatica yang berbentuk konvex dan facies visceralis yg berbentuk lebih datar. 
Facies diaphragmatica lien berhadapan dengan diaphragm dan costa IX- XI sinistra. Sedangkan facies visceralis nya memiliki 3 facies, yaitu facies renalis yang berhadapan dengan ren sinistra, facies gastric yang berhadapan dengan gaster, dan facies colica yang berhadapan dengan flexura coli sinistra. Ketiga facies tersebut bertemu pada hilus lienalis. Dimana hilus lienalis merupakan tempat keluar dan masuknya dari vasa. N. lienalis. Pada hilus lienalis, juga merupakan tempat menggantungnya cauda pancreas. 
Lien memiliki 2 margo, yaitu margo anterior dan margo posterior. Selain itu, lien juga memiliki 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas superior, dan ekstremitas inferior. 
Penggantung Lien
- Lig. Gastrolienalis yg membentang dr hilus lienalis smp pada curvature major gaster.
- Lig. Lienorenalis
Fisiologi
Fungsi Lien:
- Organ limfoid terbesar
- Tmp pembentukan sel darah saat foetus
- Tempat perombakan Hb
III.2. PEMERIKSAAN LIMPA
1.      INSPEKSI
Posisi pasien rileks sehingga otot perut santai. Oleh karena itu , pasien harus:
·         berbaring datar
·         kedua lengan di sisi tubuh

Yang perlu diperhatikan pada pasien saat inspeksi adalah :
·         Massa cairan, bekas luka , dan lesi ( trauma )
·         Atrofi / hipertrofi
·         Perubahan warna
·         Pembengkakan (tumor)
·         Massal otot / simetri
·         Buncit perut
·         Splenomegali - massa menggembung dapat dilihat muncul dari di bawah batas kosta kiri memperluas diagonal ke arah kanan bawah Quadrant ( RLQ ).
2.      PALPASI
Biarkan pasien berbaring dengan nyaman dan menekuk lutut untuk relaksasi otot-otot perut. Manuver ini membuat palpasi limpa jauh lebih mudah. Dan mendukung belakang sisi kiri perut dengan tangan kiri pemeriksa menyangga punggung kanan  penderita pada coste 11 dan 12 dan kemudian meraba sisi kiri perut ( terutama pada pertengahan garis klavikularis ) dari bawah tingkat umbilikus dengan tangan kanan pemeriksa. Periksa dengan meraba ujung limpa pada saat pasien inspirasi yang mendalam. Kemudian meraba sisi kiri perut dan menggerakkan tangan dengan lembut ke arah batas kosta kiri untuk mencapai lokasi limpa.
Normal : Sulit di raba, teraba bila ada pembesaran

3.      PERKUSI
Perkusi ada tiga metode, metode tersebut adalah :
1.      Perkusi pada Traube's Space
o    Batas  Left anterior garis aksila, rib ke-6, batas kosta
( lihat Gambar 1 )
o    daerah ini terdapat resonan pada saat perkusi
o    suara redup (dullness) menunjukkan kemungkinan pembesaran limpa
2.      Perkusi dengan metode Castell
o    perkusi di ICS kiri terendah di anterior garis aksila ( biasanya ICS 8 atau 9 ).  ( lihat Gambar 1 )
o    ruang ini harus tetap resonan saat inspirasi penuh
o    suara redup (dullness) saat inspirasi penuh menunjukkan kemungkinan limpa
pembesaran ( tanda Castell yang positif )
Gambar 1 : The Landmarks for Traube’s Space and the area to percuss to elicit Castell’s sign

3.      Perkusi dengan metode Nixon ( opsional )
o    menempatkan pasien dalam side lying / dekitus lateral dextra.
o    mulai perkusi tengah sepanjang batas kosta kiri
o    melanjutkan garis tegak lurus terhadap batas kosta kiri
o    jika batas atas keredupan meluas > 8 cm di atas batas kosta Kiri, ini menunjukkan kemungkinan splenomegali.
Gambar 2 : The landmarks used in Nixon’s Method
4.         AUSKULTASI
o   systolic murmur over spleen - splenomegali masif (melebar, arteri limpa berliku-liku).
o   Tepi atas dari limpa tidak teraba.
o   RUB limpa pada auskultasi (saat napas pasien inspirasi dan ekspirasi).



BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
            Hati adalah organ yang terbesar yang terletak bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Fungsi utama hati yaitu :
a.       Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepada kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.
b.      Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya : pestisida DDT).
c.       Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat, dll.
Lien/ spleen/ limpa merupakan organ RES (Reticuloendothelial system) yg terletak di cavum abdomen pada regio hipokondrium/ hipokondriaka sinistra. Lien terletak sepanjang costa IX, X, dan XI sinistra dan ekstremitas inferiornya berjalan ke depan sampai sejauh linea aksillaris media. Lien juga merupakan organ intra peritoneal.  Fungsi Lien adalah sebagai Organ limfoid terbesar, Tempat pembentukan sel darah saat foetus, dan Tempat perombakan Hb.
Pemeriksaan pada hati dan limpa dapat dilakukan dengan melakukan inspeksi atau mengamati secara spesifik yang berhubungan dengan penyakit hati dan limpa, kemudian palpasi, perkusi dan auskultasi.




DAFTAR PUSTAKA
Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi 2.Jakarta :      EGC.
Kenneth Walker, Dallas Hall, and Willis Hurst.1990.Clinical Methods: The History,    Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths.

Lynn S. Bickley and Peter G. Szilagyi.2012. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking. 11th edition. Publisher: Lippincott Williams & Wilkins.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar