Sabtu, 23 November 2013

PENATALAKSANAAN SPRAIN DENGAN SWD



Apakah Sprain itu?
            Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan stabilitas sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau tenaga berlebihan dalam bidang gerakan sendi.
(Sabiston.1994.Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Hal 370. Jakarta:EGC)

Anatomi Fisiologi
Ligamen adalah jaringan ikat yang berbentuk pita mempertemukan kedua ujung tulang pada sendi. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.  Beberapa tipe ligamen :
a. Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan.
b. Ligamen jaringan elastik kuning. Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
       Ligamen berfungsi untuk menyangga dan menguatkan sendi. Sementara Sendi adalah hubungan atau pertemuan dua buah tulang atau lebih yang memungkinkan pergerakan satu sama lain maupun yang tidak dapat bergerak satu sama lain .

Apa yang menyebabkan terjadinya Sprain ?
            Tekanan ekternal berlebih : pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar ROM normal seperti terglincir saat berlari atau melompat sehingga terjadi sprain.
            Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema ; sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah yang disebut dengan sprain.

Klasifikasi Sprain
Sprain derajat I (kerusakan minimal)
Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan pasif, menimbulkan nyeri.
Sprain derajat II (kerusakan sedang)
Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih menyebar dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan, sendi mungkin tidak stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.
 Sprain derajat III (kerusakan lengkap pada ligamen)
Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan kirasan gerak yang abnormal (akibat putusnya ligamen), Hilangnya fungsi yang signifikan yang mungkin membutuhkan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.

Penatalaksaan fisioterapi dengan SWD
            Short wave diathermy adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi elektromagnetik dengan arus bolak balik frekuensi tinggi. Federal Communications          Commision (FCC) telah menetapkan 3 frekuensi yang digunakan pada short wave diathermy, yaitu :
1) Frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter.
2) Frekuensi 13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter.
3) Frekuensi 40,68 MHz (jarang digunakan) dengan panjang gelombang 7,5 meter.

            Frekuensi yang sering digunakan pada SWD untuk tujuan pengobatan adalah frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter.

            Indikasi SWD adalah kondisi-kondisi subakut dan kronik pada gangguan neuromuskuloskeletal (seperti sprain/strain, osteoarthritis, cervical syndrome,dll.


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDx_4wbTvC4BOAQzzKHxxh2RwO59ExsBJB30fvQ7YxbbRQJ45tzCCirKVxZ3w88PaCVxjzDeFwCb93LXhbcbnBC-NaxVgOM96-WrHmV6PGiivQ4-8pwBsubOwE9zKrjGiW1hfdbjL1MUs/s200/Short+Wave+Diatermi.jpeg













Teknik aplikasi SWD


à Persiapan Alat


Pastikan kabel, saklar aman, agar pasien atau terapis tidak kesetrum (semua tombol dalam SWD harus nol).


à Persiapan Pasien


Posisikan pasien senyaman mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas,


à Pelaksaan Terapi


Pasang elektroda, pasien tidak boleh bergerak berlebihan. Pre pemanasan alat 5-10 menit (meningkatkan sirkulasi darah), jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/1 jengkal, durasi 15-30 menit, intensitas sesuai dengan aktualitas patologi.


à Evaluasi Terapi


Bila terapi sudah selesai, semua tombol dikembalikan posisi nol. Kabel, elektroda dijauhkan dari pasien, dan mesin dimatikan. Jangan lupa periksa kembali reaksi terapi dan efek terapeutiknya (misal rasa nyeri berkurang). Selain itu tanda/gejala yang mungkin membahayakan (istirahat dahulu selama 5-10 menit). Pada aktualitas tinggi dapat diberikan 2-3 kali per minggu.





** Metode yang dapat digunakan kondensor, kumparan, posisi elektroda, teknik lain (local/regional).


Dalam pemberian dosis, yang terpenting dalam pemberian intensitas, lama pengobatan, frekuensi pengobatan dll harus sesuai dengan dosis yang benar.


Untuk penggunaanya tidak boleh sampai timbul panas berlebihan karena dapat memperberat peradangan apalagi sampai menimbulkan rasa nyeri. Selain itu, hal-hal yang di kontraindikasikan.



































Tidak ada komentar:

Posting Komentar