Kamis, 04 September 2014

Fisioterapi Pada Achondroplasia



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani; achondros yaitu tidak memiliki kartilago dan plasia yaitu pertumbuhan. Istilah yang pertama kali digunakan oleh Parrot (1878) ini secara harfiah berarti pembentukan kartilago menjadi tulang – tulang (terutama tulang panjang) yang terganggu. Achondroplasia ini merupakan suatu penyakit genetika yang diturunkan secara autosom dominan, namun sebagian besar kasus juga terjadi karena adanya mutasi dalam gen secara spontan.
Achondroplasia disebut juga dwarfisme atau kekerdilan. Istilah lain yang biasa digunakan untuk penyakit ini antara lain Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy Syndrome atau Osteosclerosis Congenital. Seseorang yang mengidap Achondroplasia ini memiliki lengan tangan dan kaki yang pendek. Tinggi badan penderita biasanya tidak lebih dari 130cm. Namun intelegensi, mental dan kemampuan reproduksi penderita penyakit ini tidak mengalami gangguan. Penyakit komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sehingga penderita penyakit ini dapat memiliki jangka waktu hidup yang normal.
Sejauh ini belum ditemukan adanya suatu perlakuan perawatan yang dapat menyembuhkan penyakit Achondroplasia. Semua pengidap penyakit ini akan memiliki proporsi tubuh yang pendek pada bagian lengan dan kaki, menonjolnya bagian dahi dan hidung yang terlihat cukup ekstrim, terbentuknya midface deficiency dan berbagai ciri morfologi lain yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Pengobatan yang biasa dilakukan oleh pengidap penyakit ini adalah pengobatan pada penyakit – penyakit komplikasi yang timbul seperti gangguan saraf, hidrosefalus, kaki bengkok dan kurva abnormal di tulang belakang.
Makalah ini akan membahas mengenai penyakit Achondroplasia, bagaimana penyakit ini dapat diwariskan dan gen apa yang menyebabkan terjadinya penyakit ini serta peran fisioterapi untuk penyakit ini.

I.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.                  Apakah achondroplasia itu?
2.                  Bagaimana penyakit ini dapat terjadi?
3.                  Bagaimana cara mendiagnosis penyakit ini serta pencegahannya?
4.                  Apa peran fisioterapi terhadap penyakit ini?

I.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.                  Menjelaskan definisi dari penyakit achondroplasia.
2.                  Menjelaskan tentang patogenesis dari penyakit achondroplasia.
3.                  Menjelaskan tentang cara mendiagnosa penyakit achondroplasia serta melakukan pencegahan.
4.                  Menjelaskan tentang peran fisioterapi pada penyakit achondroplasia.























BAB II
PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI
Istilah  Achondroplasia pertama kali digunakan oleh Parrot (1878). Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani yaitu; achondros: tidak ada kartilago dan plasia: pertumbuhan. Secara harfiah Achondroplasia berarti tanpa pembentukan/ pertumbuhan kartilago, walaupun sebenarnya individu dengan  Achondroplasia memiliki kartilago. Masalahnya adalah gangguan pada proses pembentukan kartilago menjadi tulang terutama pada tulang-tulang panjang.
Achondroplasia adalah  dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan oleh  gangguan osifikasi endokondral akibat mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16.3.Sindroma ini ditandai oleh adanya gangguan pada tulang-tulang yang dibentuk melalui proses osifikasi endokondral, terutama tulang-tulang panjang. Selain itu,  Achondroplasia memberikan karakteristik pada kraniofasial.Achondroplasia juga dikenal dengan nama  Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy Syndrome atau Osteosclerosis Congenital.

II.2 EPIDEMIOLOGI
Achondroplasia adalah tipe dwarfisme yang paling sering dijumpai. Insiden yang paling umum menyebabkan  Achondroplasia adalah sekitar 1/26.000 sampai 1/66.000 kelahiran hidup. Achondroplasia bersifat autosomal dominant inheritance, namun kira-kira 85-90% dari kasus ini memperlihatkan de novo gene mutation atau mutasi gen yang spontan. Ini artinya bahwa kedua orang tua tanpa Achondroplasia, bisa memiliki anak dengan Achondroplasia. Jika salah satu orang tua mempunyai gen Achondroplasia, maka anaknya 50% mempunyai peluang untuk mendapat kelainan Achondroplasia yang diturunkan heterozigot Achondroplasia. Jika kedua orang tua menderita  Achondroplasia, maka peluang untuk mendapatkan anak normal 25%, anak yang menderita  Achondroplasia 50% dan 25% anak dengan homozigot Achondroplasia  (biasanya meninggal).  Achondroplasia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan dengan frekwensi yang sama.



II.3 ETIOLOGI
Achondroplasia disebabkan oleh cacat genetika. Ini adalah sifat dominan, yang berarti bahwa orang dengan cacat genetik  akan menampilkan semua gejala gangguan tersebut. Achondroplasia adalah dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan oleh gangguan osifikasi endokondral akibat mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16.3.4-7. Gen FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam hal pembentukan protein yang terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang, khususnya pembentukan tulang secara osifikasi endokondral. Dua mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggungjawab pada hampir semua kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada nukleotida 1138 pada gen FGFR3. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh mutasi G ke C. Mutasi-mutasi ini mengakibatkan protein tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tulang.
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang dimana sel mesenkim yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi dan berdifferensiasi membentuk kondroblas. Kondroblas berproliferasi dan berdifferensiasi membentuk kondrosit yang secara bertahap menjadi mature membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah itu, hipertrofik kondrosit akan mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada regio tersebut terjadi kalsifikasi matriks ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat pertumbuhan (growth plate) dan pertumbuhan normal tulang panjang tercapai melalui differensiasi dan maturasi kondrosit yang sinkron. Adanya mutasi gen FGFR3 pada Achondroplasia menyebabkan gangguan pada proses osifikasi endokondral, dimana kecepatan perubahan sel kartilago menjadi tulang pada pelat pertumbuhan (growth plates) menurun sehingga pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu.
Sindroma ini ditandai oleh adanya gangguan pada tulang-tulang yang dibentuk melalui proses osifikasi endokondral, terutama tulang-tulang panjang.2,7,8 Selain itu, Achondroplasia memberikan karakteristik pada kraniofasial.24 Achondroplasia juga dikenal dengan nama Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy Syndrome atau Osteosclerosis Congenital. Achondroplasia adalah tipe dwarfisme yang paling sering dijumpai. 2-6 Insiden yang paling umum menyebabkan Achondroplasia adalah sekitar 1/26.000 sampai 1/66.000 kelahiran hidup. Achondroplasia bersifat autosomal dominant inheritance, namun kira-kira 85-90% dari kasus ini memperlihatkan de novo gene mutation atau mutasi gen yang spontan. 


Penyebab achondroplasia adalah gen-gen yang tidak normal di salah satu dari kromosom empat pasang. Ada beberapa kasus yang mencatat bahwa seorang anak mewarisi achondroplasia dari orang tua dengan kondisi serupa. Jadi, kalo salah satu dari orangtuanya memiliki kelainan achondroplasia maka kelak keturunannya memiliki 50% kesempatan tidak terkena. Jika orangtua sama-sama mengidap achondroplasia, itu berarti punya kemungkinan 50% anaknya mengalami achondroplasia, 25% tidak kena dan 25% lagi membawa gen abnormal yang sama. Di lebih dari 80% kasus, achondroplasia tidak diturunkan. Tapi bisa terjadi dari hasil mutasi gen baru yang terjadi dalam sel telur atau sel sperma sebagai unsur terjadinya embrio. Para ahli genetik telah meneliti bahwa ayah yang berusia pertengahan yakni 40 tahunan keatas, ada kemungkinan memiliki anak achondroplasia dan kondisi autosom dominan lain k arena mutasi gen baru.


II.4 GAMBARAN ANATOMI
Tulang-tulang panjang pada extremitas superior terdiri dari :
  1. Humerus, pada ujung proximal membentuk caput humeri, sedangkan pada ujung distal corpus humeri melebar, disebut epicodylus medialis dan epicondylus lateralis humeri.
  2. Radius, ujung proximal radius membentuk caput radii dan didistal radius melebar kearah lateral membentuk processus styloideus radii dibagian medial incisura ulnaris.
  3. Ulna, pada ujung proximal terdapat incisura trochlearis dan pada distal disebut caput ulnae.
Tulang-tulang panjang extremitas inferior :
  1. Femur, merupakan tulang yang paling panjang dan paling berat dalam tubuh manusia. Panjangnya kira-kira 1/4 sampai 1/3 dari panjang tubuh . Pada ujung proximal terdapat trochanter mayor dan trochanter minor, pada ujung distal terdapat condyus medialis dan condylus lateralis.
  2. Tibia, ujung proximal lebar mengadakan persendian dengan os femur membentuk articulation genu , membentuk condylus lateralis dan condylus medialis. Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis.
  3. Fibula, dibagian proximal disebut capitulum fibulae.

II.5 PATOGENESIS
Achondroplasia disebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada gen FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16.3. Gen FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam  hal pembentukan protein yang terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang, khususnya pembentukan tulang secara osifikasi endokondral.
Dua mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggungjawab pada hampir semua kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada nukleotida 1138 pada gen FGFR3. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh mutasi G ke C. Mutasi-mutasi ini mengakibatkan protein tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tulang.
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang dimana sel mesenkim yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi dan berdifferensiasi  membentuk kondroblas. Kondroblas berproliferasi dan berdifferensiasi membentuk kondrosit yang secara bertahap menjadi  matur membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah itu, hipertrofik kondrosit akan mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada regio tersebut terjadi kalsifikasi matriks ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat pertumbuhan (growth plate) dan pertumbuhan normal tulang panjang tercapai melalui differensiasi dan maturasi kondrosit yang sinkron.
Adanya mutasi gen FGFR3 pada  Achondroplasia menyebabkan gangguan pada proses osifikasi endokondral, dimana kecepatan perubahan sel kartilago menjadi tulang pada pelat pertumbuhan (growth plates) menurun sehingga pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu.
Pada lingkup kraniofasial yang terpengaruh adalah basis kranium dan bagian tengah wajah (midface) karena bagian-bagian ini dibentuk secara osifikasi endokondral. Rongga kranium dan maksila dibentuk secara osifikasi intramebranosa, sedangkan mandibula dibentuk melalui osifikasi periosteal dan aposisi.
Basis kranium yang kurang  berkembang pada penderita  Achondroplasia berpengaruh pada perkembangan maksila,  karena pertumbuhan basis kranium akan mendorong maksila ke anterior dan ke bawah. Saat perlekatan maksila ke ujung anterior basis kranium, perpanjangan  atau pertumbuhan basis kranium akan mendorong maksila ke anterior. Sampai usia 6 tahun, pergerakan dari pertumbuhan basis kranium adalah bagian penting dalam pertumbuhan maksila ke anterior.
Kegagalan perkembangan atau pertumbuhan basis kranium secara normal pada penderita  Achondroplasia, memberikan karakteristik  midface deficiency atau hypoplasia midface. Hal ini yang mengakibatkan  maksila menjadi retrognatik, sedangkan mandibula normal atau sedikit prognatik, sehingga menghasilkan hubungan rahang Klas III (Gambar ).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_9h-RVRMtPVQaImcjbrxAqhX9FOsSvs-XGQmE13HpDlbuoxKJi4Bi7jjLWTLyui-yfKbB_PkDR8eEmBz0UMy_8RtBGHr06KzCRSKX8SI_dNxaKVE3jGxKB8ckG9H4UsqRSNBfL5A1ja_n/s400/2.png

II.5.1 PEWARISAN
Achondroplasia diwariskan dalam pola autosom dominan dimana bila salah satu orang tua mempunyai gen Achondroplasia maka kemungkinan anaknya mendapatkan kelainan. Achondroplasia adalah 50% heterozygote. Akan tetapi bila kedua orangtuanya mengidap penyakit ini (mempunyai gen Achondroplasia) maka kemungkinan anaknya mempunyai gen Achondroplasia adalah 75% heterozygote Achondroplasia sebagaimana halnya 25% resiko homozygot achondroplasia. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak perempuan dibandingkan oleh anak laki-laki. Individu  penderita  achondroplasia  mempunyai  genotipe  KK  atau  Kk.  Sedangkan  individu normal bergenotipe homozigot resesif (kk). Pada penyakit Achondroplasia dalam pola autosom dominan 80% diantaranya disebabkan secara mutasi spontan. Insiden catatan mutasi spontan yang tinggi terhadap kematian muncul pada anak dengan orang tua normal (insiden meningkat dengan umur dari pihak ayah).
Ketika Kedua Orang Tua Achondroplasia


Seperti yang ditunjukkan pada Gambar diatas, di mana kedua orang tua mempunyai salinan gen FGFR3 rusak menyebabkan achondroplasia, ada empat kemungkinan kombinasi dari informasi genetik yang diwariskan oleh orang tua. Ini berarti bahwa, dalam setiap kehamilan, ada.
• 1 peluang dalam 4 atau 25% kemungkinan bahwa anak mereka hanya akan mewarisi salinan bekerja FGFR3 gen dari kedua orang tua dan mencapai 'normal' pertumbuhan.
• 1 peluang dalam 2 (2 peluang di 4) atau 50% kemungkinan bahwa anak akan mewarisi gen yang rusak FGFR3 copy dan copy pekerjaan dan achondroplasia seperti orang tua

 
• 1 peluang dalam 4 atau 25% kemungkinan bahwa anak mereka akan menerima salinan gen rusak FGFR3 dari kedua orang tuanya. Dampak dari tidak memiliki FGFR3 bekerja protein untuk pertumbuhan, berarti bahwa anak-anak ini biasanya tidak bertahan.

II.6 MANIFESTASI KLINIS
                Batang tubuh dan tungkai pendek . tungkai bengkok dan segmen tungkai proksimal lebih pendek (rhizomelia). Cranium biasanya lebih besar daripada presentil ke 97 pada lingkarannya dengan penonjolan frontal dan jembatan hidung rata. Biasanya ada brakidaktili dengan pita lebar dan menyerupai trident (tombak bermata tiga) yang terdiri dari jempol, jari ke-2 dan ke-3 dan jari ke-4 dan ke-5, dengan celah bentuk baji yang memisahkan jari ke-3 dan ke-4. Gambaran trident biasanya hilang pada masa anak akhir atau remaja, dengan tangan tetap pendek dan lebar. Siku mungkin terbatas dalam ekstensi dan pronasi. Gibus lumbal lazim terdapat pada masa bayi, tetapi sudah tahun pertama gibus ini hampir selalu hilang dan sering diganti dengan punggung lurus, selalu dengan lordosis lumbal yang jelas.
Bayi akondroplasia sering kali hipotoni disertai perkembangan motorik yang terlambat. Tonus neuromuscular normal biasanya diperbesar pada umur 2-3 tahun. Kelemahan sendi, terutama pada sendi interfalang, dapat menetap selama masa anak. Bila tidak ada hidrosefalus perkembangan mental dan motoric biasanya normal. Profil perkembangan Denfer telah dikumpulkan untuk memonitor kemajuan perkembangan pada akondroplasia.
Kepala besar sepanjang hidung, dengan penonjolan frontal yang mencolok, hypoplasia maksila, dan prognatisme mandibular relatif. Kurva pertumbuhan tertentu untuk akondroplasia telah dikembangkan, yang terutama bermanfaat dalam memonitor pertumbuhan cepat pada ukuran kepala pada masa bayi karena hidrosefalus dapat mempersulit akondroplasia.
Maloklusi gigi yang membuka kedepan adalah lazim dan harus ditatalaksana oleh ortodontis yang sudah terbiasa dengan masalah akondroplasia. Frekuensi tinggi otitis media berulang dan otitis media seros kronis ditemukan pada anak-anak ini dan menimbulkan insiden kehilangan pendengaran konduktif yang tinggi pada masa dewasa jika tidak dikenali dan diobati pada masa anak-anak. Penyakit ini tidak mempengaruhi kapasitas mental, atau kemampuan reproduksi. Penderita achondroplasia lebih rentan terhadap penyakit. Karena struktur tubuh yang berbeda sehingga membuat semua fungsi tubuh ikut berbeda. 

II.7 DIAGNOSIS BANDING
1.      Distrofi toraks asfiksia (sindrom Jeune)
2.      Hipokondroplasia
3.      SADDAN dysplasia
4.      Skeletal dysplasia
5.      Tanatoporik dysplasia

Thanatophoric dysplasia , keadaan cebol neonatus "selalu"mematikan,kepalanya lebih besar dibandingkan dengan badannya, yang sering menyebabkan keracunan diagnostik dengan akondroplasia. Tungkai bengkok pendek sedang, toraks sangat kecil, jembatan hidung cukup rata, dan brakidaktili juga khas. Tanda-tanda radiologis meliputi korpus vertebra yang seperti biskuit ( misalnya, platispondili berat ), kontur sampai kaput femoris seperti pisang, pelebaran metafisis, spikula marginal, perlekukan, dan tulang iliaka persegi hipoplastik dengan penahan asetabulum. Kadang-kadang penderita mempunyai fusi sutura kongenital yang menimbulkan kontur tengkorak menyerupai daun semanggi ( kleebat shadel ) genetiknya tidak seluruhnya dipahami,beberapa pasangan saudara kandung ada pada kebanyakan kasus sporadik.

II.8  KOMPLIKASI
Komplikasi pada achondrplasia :
1.      Hidrosefalus atau kompresi medulla spinalis.
2.      Gangguan pendengaran karena otitis media berulang.
3.      Strabismus (akibat dari dismorfisme kraniofasial).
4.      Pembengkokan kaki.
5.      Kifosis
6.      Obesitas
7.      Sleep apnea
8.      Stenosis Spinal
9.      Keterbatasan gerak
10.  Otitis media

II.9 PROGNOSIS
Banyak orang-orang dengan akondroplasia memiliki intelegensia yang normal, kehidupan produktif dan bebas dan memiliki harapan hidup yang baik. Harapan hidup pada achondroplasia adalah normal, kecuali untuk sedikit (jarang) penderita dengan hidrosefalus atau dengan komplikasi berat kompresi medulla spinalis servikalis atau lumbalis yang tidak ditangani. Rata-rata ketinggian dewasa pada achondroplasia sekitar 131,5 cm (51,8 inci) pada pria dan 125 cm (49,2 inci) pada wanita. Heterozygot mempunyai rentan usia yang normal dengan kelainan yang mudah dikenali karena kepala dan badan tampak terlalu besar untuk extremitas yang jelas-jelas lebih pendek. Perkembangan mental, seksual dan reproduktif normal. Sedangkan Homozygot memiliki rongga dada yang sempit sehingga menyebabkan kematian segera setelah lahir

           II.10 PENCEGAHAN
             Konseling genetik dapat membantu untuk calon orangtua ketika satu atau keduanya memiliki achondroplasia. Namun, karena achondroplasia paling sering berkembang spontan, pencegahan ini tidak selalu mungkin.

























BAB III
PENATALAKSANAAN

III.1 PENATALAKSANAAN SECARA UMUM DAN FISIOTERAPI
Tidak ada perawatan akan membalikkan hadir di achondroplasia cacat. Semua pasien dengan penyakit tersebut akan pendek, dengan proporsional normal tungkai, batang, dan kepala. Pengobatan achondroplasia terutama dari beberapa alamat komplikasi dari gangguan, termasuk masalah karena kompresi saraf, hidrosefalus, kaki bengkok, dan kurva abnormal di tulang belakang. Anak-anak dengan achondroplasia yang mengembangkan infeksi telinga tengah (otitis akut media) akan memerlukan perawatan cepat dengan antibiotik dan pemantauan yang cermat untuk menghindari gangguan pendengaran. Serta tidak ada terapi spesifik untuk akondroplasia.
 Anak yang lahir dengan akondroplasia harus dilakukan :
1.      Monitor ketat tentang berat badan dan tinggi badan setiap bulan terutama pada tahun pertama kelahiran. Pengukuran rasio segmen ekstremitas atas dan bawah.
2.      Monitor perkembangan, seperti kemampuan motorik, bicara, dan interaksi sosial.
3.      Evaluasi adanya maloklusi gigi.
4.      Kontrol berat badan.
5.      Terapi dengan hormone pertumbuhan (GH).
6.      Terapi antiinflamasi (NSAIDs).

Selain itu juga dapat dilakukan terapi pembedahan, diantaranya :
1.      Laminektomi lumbal pada spinal stenosis.
2.      Fusi spinal pada kifosis pesisten diserta penggunaan dan modifikasi brace.
3.      Prosedur distraksi osteogenesis (rthofix Garches lengthening) disertai tenotomi pada tendon achiles untuk meningkatkan perkembangan tulang.

Sementara peran dari fisioterapi itu sendiri adalah memonitor tumbuh kembang serta mencegah agar tidak terjadi komplikasi seperti kifosis atau posturalnya, memberikan motivasi dengan meningkatkan rasa pencaya diri dan mandiri bagi penderita achondroplasia, dan membantu meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional. Selain itu fisioterapi juga memiliki peran yang pentging saat pre dan post teapi pembedahan.

            III.2 DIAGNOSIS
      a.      Anamnesis
Pengkajian riwayat keluarga sangat mendukung penetapan diagnosis. Unsur yang mendukung adalah sebagai berikut :
1.      Tinggi badan kedua orang tua
2.      Usia pubertas kedua orang tua
3.      Riwayat keluarga perawakan pendek atau lambatnya pertumbuhan
4.      Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan perawakan pendek.
Pengkajian anamnesis juga dilakukan pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Berat badan lahir dikaji dan kapan orang tua mulai mengeluhkan terlambatnya pertumbuhan. Pola pertumbuhan anak perlu dicocokan dengan pola pertumbuhan keluatga agar mendapatkan interpretasi yang tepat. Riwayat keluarga dapat memberikan informasi tentang keadaan yang diturunkan bila perawakan pendek merupakan tanda awal atau satu-satunya gejala pada anak.
Riwayat adanya nyeri, ataksia, inkontenensia, dan sesak napas diperlukan untuk mendeteksi adanya kompresi korda spinalis. Kompresi korda dapat menyebabkan henti napas dan kuadriparesis progresif sehingga harus mendapat intervensi bedah.5
  
b.    Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mengklarifikasi temuan pada anamnesis terutama pemeriksaan neurologis, gambaran kraniofasial, dan skeletal.

Tabel. 01 pemeriksaan dan klinis dari akondroplasia
Pemeriksaan
Klinis
Neurologi
Hipotonia
Keterlambatan motorik
Intelejensi normal disertai deficit minimal terhadap visual-spatial tasks
Gambaran kraniofasial
Pembesaran tulang kalvarial dan berlawanan dengan pengecilan dari tulang dasar tengkorak dan tulang wajah
Megalensefalik dengan pelebaran frontal
Hipoplasia pada wajah tengah
Maloklusi gigi
Skeletal
Disproporsi perawakan badan, laki-laki dewasa tinggi 131± 5,6 cm; wanita 124± 5,9 cm
Rangka badan terlihat normal dengan sedikit pengecilan rongga dada
Pemendekan tulang proximal tubuh disertai lipatan kulit berlebihan
Brakidaktili dan konfigurasi lengan segitiga
Gibbus torakolumnar (lumbar kifosis) pada masa bayi dan akan berubah menjadi lordosis lumbal pada saat mulai pergerakan
Hiperekstensibility dari banyak sendi, terutama sendi lutut
Ekstensi dan rotasi terbats pada siku
genuvarum

c.    Pemeriksaan penunjang
1.      Laboratoriaum
Pemeriksaan analisis DNA pada FGFR3 untuk mengidentifikasi mutasi genetik.
2.      Radiologi
a.       Kontraktur dasar tengkorak
b.      Keterbatasan  progresif  interpedikular dan lordosis pada region lumbal
c.       Spinal stenosis
d.      Pendeknya leher femur dan deformitas panggul















Gambar 1. Radiologis lateral dengan keterbatasan progresif interpendikular dan lordosis pada region lumbal.
Gambar 2. Pendeknya leher femur dan deformitas panggul dengan karakteristik terbatasnya diameter transversal dari sacrum, hypoplasia asetabulum, dan gangguan perkembangan ileum.























BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

Istilah  Achondroplasia pertama kali digunakan oleh Parrot (1878). Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani yaitu; achondros: tidak ada kartilago dan plasia: pertumbuhan. Secara harfiah Achondroplasia berarti tanpa pembentukan/ pertumbuhan kartilago, walaupun sebenarnya individu dengan  Achondroplasia memiliki kartilago.
Achondroplasia adalah  dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan oleh  gangguan osifikasi endokondral akibat mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16.3.Sindroma ini ditandai oleh adanya gangguan pada tulang-tulang yang dibentuk melalui proses osifikasi endokondral, terutama tulang-tulang panjang. Selain itu,  Achondroplasia memberikan karakteristik pada kraniofasial.
Achondroplasia juga dikenal dengan nama  Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy Syndrome atau Osteosclerosis Congenital. Achondroplasia adalah sekitar 1/26.000 sampai 1/66.000 kelahiran hidup. Achondroplasia bersifat autosomal dominant inheritance, namun kira-kira 85-90% dari kasus ini memperlihatkan de novo gene mutation atau mutasi gen yang spontan. Ini artinya bahwa kedua orang tua tanpa Achondroplasia, bisa memiliki anak dengan Achondroplasia.
Tidak ada perawatan akan membalikkan hadir di achondroplasia cacat. Semua pasien dengan penyakit tersebut akan pendek, dengan proporsional normal tungkai, batang, dan kepala. Pengobatan achondroplasia terutama dari beberapa alamat komplikasi dari gangguan, termasuk masalah karena kompresi saraf, hidrosefalus, kaki bengkok, dan kurva abnormal di tulang belakang. Anak-anak dengan achondroplasia yang mengembangkan infeksi telinga tengah (otitis akut media) akan memerlukan perawatan cepat dengan antibiotik dan pemantauan yang cermat untuk menghindari gangguan pendengaran. Serta tidak ada terapi spesifik untuk akondroplasia.





DAFTAR PUSTAKA

1.    Agustina, Nova. Akondroplasia. Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia. [Cited 2010].[online] 2012 Mey 27. [Screen 5] Availlable from :
2.         National Human Genome Research Institute National institute of health. Learning of Achondroplasia. [cited May 11, 2012]. [online ]2012 Mey 27. [Screen ]. Availlable from :
3.         Horton, William A. Molecular Pathogenesis of Achondroplasi. Shriners Hospital for Children. Oregon Health dthe Science University Portland. Oregon . Volume 26 Number 1
4.         Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak. Jakarta ; EGC
5.         Helmi ZN. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika; 2012.
6.         Defendi, Germaine L. Genetic of Achondroplasia follow-up. [cited] 2012 April 16.[online] 2012 Mey 27. [Screen 1]. Availlable from :
7.         Kaneshiro, Neil K. Achondroplasia. [cited] 2012 April 19. [online] 2012 Mey 27. [Screen 1].
Availlable from :
8.         Defendi, Germaine L MD, MS, FAAP. Complication of achondroplasia. [cited 0ktober 18].[online] 2012 mey 27. [screen 1]. Availlable from :